Friday, November 2, 2012

Makmur, Hamka dan Pagi yang Sumringah

Syamsuddin Simmau



Alhamdulillah, Rabu pagi sekitar pukul 8, saya kedatangan tamu istimewa, Makmur Payaboo, saya menyebutnya Ustadz Makmur, bukan lantaran ia benar-benar ustadz yang sering berkhutbah tentang halal haram di surau-surau, di masjid-masjid dan rumah suci lainnya tapi ia memang adalah ustadz yang dalam bahasa Indonesia bermakna guru. Jadi Makmur Payabo adalah salah seorang guru yang telah memberi saya banyak pelarahan khususnya dalam hal berbagi kasih saya dan kepeduliaan sosial. Saya juga belajar padanya bagaimana melakukan kunjungan rumah alias home visit ketika menjadi teman masyarakat untuk menuju keberdayaan bersama.

Tentulah diskusi kami panjang. Dua cangkir kopi hitam menemani perbincangan kecil kami pagi itu. Kami berbincang tentang diri kami masing-masing, rencana-rencana kami dan kondisi keluarga serta teman-teman. Saya benar-benar merasa sembuh dari demam yang mencekam selama tiga hari. Pagi itu benar-benar sumringah, tertawa, bahagia. Ia mejelma bunga jambu air yang diputiknya masih tersisa beberapa tetas embun yang kesiangan.

Kamis pagi sekitar pukul 7.45, kebahagiaan kembali dipupuk oleh Tuhan saya pagi-pagi sekali. Saya kedatangan tamu spesial. Saya yang sudah mulai beraktifitas kembali kini mendapat suplemen hati. Hamka yang juga saya panggil Ustadz Hamka, lantara ia telah mengajari saya tentang makna hidup, perjuangan dan ketabahan. Ia memang guru saya. Menyebut namanya saja mengingatkan saya pada tokoh idola saya Buya Hamka sang penulis Tenggelamnya Kapal Vanderwick (maaf jika kata Vanderwick salah eja).

Di teras kediaman sederhana kami, di samping pohon mangga harum manis yang belum berbuah, pohon rambutan, lengkeng, jambu air, anggur, adenium dan bunga wali “kembang melati” putih menjadi penyaksi atas gerai tawa kami. Kami sepakat, Masa depan selalu ada dan ia selalu menyajikan dua rasa; manis dan pahit. Keduanya memang datang silih berganti. So, mari kita jalani saja. Sebab diminta atau tidak masa depan pasti datang sebagaimana kematian.

Wow, ustadz...terimakasihku untukmu berdua....

Makassar, 2 Nop. 2012

No comments: