1) Perceraian
dan bunuh diri
Durkheim
(Johnson, 1986:193) mengemukakan bahwa perubahan-perubahan yang mendadak dalam
masyarakat, seperti krisis ekonomi yang parah atau periode-periode ekspansi dan
kesejahteraan yang tidak lazim, umumnya berkaitan dengan meningkatnya angka
bunuh diri. Perceraian dan bunuh diri,kata Durkheim, berhubungan secara
positif. Karena perceraian melepaskan kungkungan sosial dan
pengaturan-pengaturan normatif yang berhubungan dengan kehidupan keluarga.
2) Dampak
perceraian pada perkembangan anak
Seperti telah dikutip sebelumnya,
Henslin (2006:139) mengungkapkan bahwa anak-anak yang orang tua mereka bercerai
merupakan anak-anak yang berasal dari rumah tangga yang dilanda konflik. Karena
itu, terang bahwa perceraian berdampak pada tumbuh kembang anak. Dalam hal ini,
anak-anak yang berasal dari rumah tangga bercerai kehilangan model ayah atau
ibu yang sebenarnya. Sehingga anak-anak tersebut cenderung mengalami kesulitan
dalam bersosialisasi. Henslin mengutip pandangan Wallerstein yang menyatakan
bahwa perceraian menciderai sang anak, membuat mereka mengalami depresi dan
membuat mereka memiliki rasa tidak aman hingga mereka dewasa. Selain itu,
anak-anak yang dibesarkan oleh keluarga bercerai cenderung mengalami perceraian
dalam pernikahan mereka kelak. Dalam hal ini, Henslin (2006:140) memandang
bahwa ada perkecualian terhadap ibu yang mampu penyesuaikan diri dengan
perceraian. Anak-anak dari keluarga bercerai, yang mengalami paling banyak
kesulitan dalam percintaan ketika dewasa adalah anak-anak yang ibunya tidak
menikah kembali, juga ibu yang menikah kembali lalu bercerai lagi. Intinya, ibu
yang mampu membangun hubungan kembali yang lebih stabil setelah bercerai akan
menciptakan suatu lingkungan yang membantu para anak mereka untuk belajar
mengembangkan hubungan yang intim dengan sesama.
3) Masalah
ekonomi
Dampak
perceraian juga dipotret oleh Collins (1987:254) bahwa faktor ekonomi
seringkali menjadi persoalan bagi wanita setelah bercerai.
4) Terputusnya
jaringan sosial
Persoalan sosial juga menjadi masalah bagi seorang janda. Secara sosial, jaringan
teman-teman lama akan terputus setidaknya dalam batas dan ruang tertentu. Dalam
proses sosialisasi sebelum bercerai, seorang wanita biasa bersosialisasi dengan
pasangannya, sementara setelah bercerai, wanita kembali menjadi sendiri atau
single
5) Masalah
seksual
Masalah lainnya adalah persoalan seksual.
Dalam hal pemenuhan hasrat sesksual, hasil penelitian Kinsey menurut Gebhard (1970) dalam Collins (1987:255) menulis bahwa
lebih dari seperdua wanita bercerai (khususnya yang lebih mudah) mengaku bahwa
mereka lebih sering mengalami orgasme
ketika melakukan relasi seksual pada saat mereka menjanda dibandingkan pada
saat mereka masih berstatus menikah. Hanya sekitar 18 % wanita tersebut mengaku
orgasme dengan suami mereka.
6) Masalah
tempat tinggal
Selain
itu, menurut Collins (1987:253), juga
ada masalah tempat tinggal. Bagi pasangan yang bercerai tapi belum memiliki
rumah biasanya menghadapi masalah ini. Hal ini biasanya terjadi pada pasangan
yang masih muda.
7) Menjadi
PSK
Menurut penelitian, Kaso (2010: 60,63,71,75,81)
ternyata 5 kasus Pekerja Seks Komersial (PSK) yang menjadi penelitiannya adalah
janda. Karena beban ekonomi, janda tersebut kemudian menjadi PSK.
Ironisnya, janda yang menjadi PSK
menurut Kaso tersebut telah dibina di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Mattiro
Deceng Ujung Pandang sebagai salah Unit Pelaksana Teknis Kantor Wilayah
Departemen Sosial Provinsi Sulawesi Selatan pada saat mereka terjaring razia
yang dilakukan aparat. Namun mereka kembali melakukan pekerjaanya sebagai PSK
dengan alasan ekonomi dan kebutuhan biologis.
Berdasarkan
beberapa pokok pikiran pemaparan tersebut maka nyatalah bahwa perceraian
berdampak pada ekonomi, sosial, pengasuhan anak, moral, dan emosianal terhadap
perempuan bercerai (janda). Hilangnya peran ayah dalam sebuah keluarga menjadi
beban bagi perempuan bercerai. Meski demikian, ada beberapa perempuan bercerai
yang justru memandang bahwa perceraian adalah jalan terbaik untuk melindungi
diri dan anak-anak mereka dari kekerasan suami.
No comments:
Post a Comment