Sunday, September 29, 2013

Nilai dan Keluarga



Syamsuddin Simmau

Clyde Kluckhohn mengatakan bahwa sebuah nilai adalah sebuah konsepsi, eksplisit atau implicit, yang khas milik seseorang individu atau suatu kelompok, tentang yang seharusnya diinginkan yang memengaruhi pilihan yang tersedia dari bentuk-bentuk, cara-cara, dan tujuan-tujuan tindakan dikutip dari Amri Marzali (2009:105).

Selanjutnya Marzali mengemukanan bahwa salah satu hal yang membedakan antara nilai (value) dan kepercayaan (belief) adalah; nilai mengacu pada kategori “good” dan “bad” atau baik dan buruk, dan atau “right” dan “wrong” atau betul dan salah. Sementara kepercayaan mengacu pada “true” dan “false” atau benar dan salah (tidak benar) dan “correct” and “incorrect” atau benar dan tidak benar. 

Sayangnya, bahasa Indonesia memiliki keterbatasan kosa kata untuk mengimbangi kosa kata bahasa Inggris. Sehingga, kata “true” dan “right”, kedua kata ini sering diartikan “benar” atau “wrong” dan “false”, sering diartikan salah, sehingga sulit dibedakan. Padahal, right dan true adalah dua hal yang berbeda. Right mengacu pada kebenaran teknis berdasarkan indikator yang bersifat temporer dan lokal, sementara true mengacu pada kebenaran hakiki yang telah diuji dengan indikator yang variatif dari  berbagai right dari lokalitas masing-masing. 

Dengan demikian, nilai seorang individu akan berbeda dengan individu lainnya, demikian halnya dengan kelompok dan masyarakat. Sementara kebenaran, bisa diakui bersama oleh individu maupun kelompok dan masyarakat. Dengan kata lain, kumpulan “right” mengacu pada lahirnya “true”. 

Sementara dalam konsepsi agama, true mengacu pada kebenaran ilahiah berdasarkan indikator universal yang dituangkan dalam kitab suci-kitab suci. Dalam hal ini, nila-nilai agama bersifat universal sementara nilai-nilai individu dan masyarakat bersifat lokalitas. 

Mengapa konsep nilai ini penting dibicarakan karena kadang seseorang atau kelompok masyarakat lainnya cenderung menyalahkan individu atau kelompok masyarakat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang mereka anut. Padahal, nilai-nilai individu ataupun masyarakat satau dengan lainnya berbeda satu sama lain. Akhirnya, terjadi konflik horizontal yang tidak mampu lagi dimenej sebagai sebuah energi perubahan ke arah perwujudan tatanan yang lebih baik. Disinilah pentingnya dibangun komunikasi antar individu (agen) serta intra masyarakat dan antar masyarakat.  
Dalam rumah tangga, perceraian kadang terjadi karena adanya pelanggaran nilai-nilai individu dan atau masyarakat dimana individu itu berasal oleh pasangannya. Pelaggaran nilai-nilai tersebut yang tidak disertai dengan rasa penyesalan dan penghargaan terhadap nilai individu lain, seperti suami dan istri, berakibat pada terjadinya penurunan derajat kepercayaan (trust) antar individu dalam rumah tangga. Penurunan kepercayaan pada individu memfasilitasi munculnya kecurigaan satu dengan lainnya. Dalam kondisi ini, biasanya orang lain (pihak di luar rumah tangga) dilibatkan baik langsung maupun tidak langsung. Sementara pihak lain ini juga memiliki nilai sendiri. Sehingga terjadi benturan nilai-nilai individu yang semakin kompleks. Akibatnya terjadi perceraian. 
Agar perceraian tidak terjadi maka pemahaman tentang nilai-nilai yang dianut seorang individu sangat penting dipahami dalam membangun sebuah rumah tangga. Disinilah pentingnya dilakukan “Kursus pra nikah” sebelum dua individu mengikat kontrak sosial yang disebut pernikahan.

No comments: